Si Raja Omas pakon Asal Mula Saringgon
DAHULU kala adalah seorang raja yang memiliki enam istri. Meskipun
raja itu sudah beristri enam orang, tak seorang pun dari keenam
istrinya itu yang memiliki anak. Oleh karena itu, kawin pulalah raja
itu dengan istrinya yang ketujuh. Kurang lebih satu tahun kemudian,
istrinya yang ketujuh itu melahirkan seorang anak laki-laki. Anak itu
diberi nama Si Raja Omas.
Sejak dikarunai anak itu, Sang Raja dan istrinya yang ketujuh sangat
bersuka cita. Sebaliknya, enam orang istri Sang Raja yang tidak
memunyai anak itu merasa sangat iri melihat kelahiran Si Raja Omas.
Pada suatu malam mereka culik Si Raja Omas dan mereka masukkan ke
sebuah labu besar yang sudah dikosongkan isinya. Kemudian, labu besar
itu mereka hanyutkan ke aliran sungai.
Keesokan harinya, seorang perempuan tua yang sedang menangkap ikan
di sungai melihat labu besar itu hanyut terapung-apung. Karena
tertarik melihatnya, si perempuan tua mengambil labu itu dan dibawanya
pulang ke rumah. Perempuan tua itu sangat gembira ketika dia menemukan
seorang bayi dalam labu besar itu. Seumur hidupnya sampai suaminya
mati, dia tidak pernah mendapat anak. Dipeliharanya Si Raja Omas
dengan penuh kasih sayang bagaikan memelihara anak kandungnya sendiri.
Setelah tumbuh menjadi seorang pemuda, Si Raja Omas bekerja menyadap
aren untuk mengambil niranya. Nira itu dijadikan tuak dan dijualnya di
kedai yang didirikannya dekat rumahnya. Tuak yang dijual Si Raja Omas
sangat istimewa rasanya sehingga terkenal ke mana-mana. Dari berbagai
tempat, orang ramai berdatangan untuk minum tuak di kedai Si Raja Omas.
Orang makin ramai datang minum tuak ke kedai Si Raja Omas setelah
tersiar cerita Si Raja Omas memunyai sebuah gong kecil yang disebut
mongmongan. Kalau mongmongan itu dibunyikan, suaranya berkata-kata
seperti manusia dan menyebutkan yang punya mongmongan itu bernama Si
Raja Omas, penjual tuak yang istimewa.
Sang Raja, ayah Si Raja Oma, sudah lama sakit-sakitan. Suatu ketika
dia mendapat kabar di satu kampung ada seseorang menjual tuak yang
sangat istimewa rasanya. Sang Raja menyuruh seseorang segera pergi
membelinya. Ketika Sang Raja minum tuak, penyakitnya segera sembuh.
Pergilah Sang Raja menemui penjual tuak itu.
Ketika Sang Raja sampai di kedai Si Raja Omas, kebetulan Si Raja
Omas membunyikan mongmongan-nya untuk menghibur orang-orang yang
sedang minum tuak di kedainya itu. Seperti biasanya, mongmongan itu
mengeluarkan bunyi yang menyerupai orang yang berkata-kata. Bunyinya,
“Lihatlah, Sang Raja sudah datang untuk minum tuak Si Raja Omas.”
Mendengar suara mongmongan itu, tahulah Sang Raja bahwa pemuda yang
menjual tuak itu adalah anaknya, Si Raja Omas, yang dahulu hilang
ketika masih kecil. Dengan perasaan yang sangat gembira, Sang Raja
mengatakan kepada Si Raja Omas bahwa dia adalah putranya. Untuk
mengetahui apakah perkataan raja itu benar atau tidak, Si Raja Omas
mengajak raja itu menemui perempuan tua yang dianggapnya sebagai ibu
kandungnya selama ini.
Ketika mereka sudah bertemu, diceritakan oleh perempuan tua kepada
Si Raja Omas bahwa dia dahulu menemukan Si Raja Omas dalam sebuah labu
besar di sungai. Setelah mendengar cerita perempuan tua itu, yakinlah
Si Raja Omas bahwa dia memang betul putra raja itu.
Untuk membalas jasa perempuan tua itu, Sang Raja mengizinkan Si Raja
Omas tetap tinggal bersama perempuan tua itu. Sampai tiba waktunya
nanti Si Raja Omas dinobatkan menjadi raja untuk menggantikannya.
Pada suatu hari, perempuan tua itu menyuruh Si Raja Omas pergi ke
sebuah telaga di tengah hutan. Ketika Si Raja Omas sampai ke dekat
telaga itu, tampak olehnya tujuh orang gadis yang sangat cantik sedang
mandi. Pakaian mereka terletak di atas semal-semak yang tumbuh di tepi
telaga. Dengan sembunyi-sembunyi, Si Raja Omas mengambil salah satu
dari pakaian itu dan menyembunyikannya.
Ketujuh gadis itu adalah putri dewa yang turun dari kayangan untuk
mandi di bumi. Selesai mandi, mereka mengenakan pakaiannya
masing-masing dan terbang kembali ke kayangan. Namun, salah seorang
dari mereka, yaitu yang bungsu, tak bisa terbang kembali ke kayangan.
Karena pakainnya sudah diambil dan disembunyikan Si Raja Omas.
Akhirnya, Si Raja Omas kawin dengan putri bungsu dewa itu.
Meskipun sudah menjadi istri Si Raja Omas, putri dewa itu tak
henti-hentinya mencari pakaiannya yang disembunyikan Si Raja Omas agar
dia bisa kembali ke kayangan. Setahun kemudian, lahirlah anak mereka.
Menurut pikiran Si Raja Omas, karena mereka sudah punya anak istrinya
tidak akan mau lagi kembali ke kayangan. Oleh karena itu, dia tidak
lagi selalu mengawasi istrinya itu. Dengan demikian, istrinya mendapat
peluang yang lebih banyak mencari pakaiannya yang disembunyikan Si
Raja Omas.
Pada suatu hari, istri Si Raja Omas menemukan pakaiannya yang sudah
lama disembunyikan suaminya. Pakaian itu segera dikenakannya dan
kemudian dia buru-buru mengambil anak mereka yang sedang tidur di
ayunan. Akan tetapi, Si Raja Omas cepat-cepat mengambil anak itu dan
berusaha menangkap istrinya. Dengan cekatan, istrinya mengelak dan
terbang berputar-putar di atas rumah. Melihat istrinya berbuat
demikian, Si Raja Omas segera mengambil ramuan yang tidak enak baunya
dan menggunakan ramuan itu untuk mengotori wajah anaknya. Si Raja Omas
berbuat demikian agar istrinya tidak berani mengambil anak itu.
Istrinya sangat benci kepada ramuan yang tidak enak baunya.
Tak lama kemudian, terbanglah istri Si Raja Omas ke angkasa. Namun,
kedua orangtuanya tidak mengizinkan dia masuk ke kayangan karena dia
sudah terlalu lama tinggal di dunia. Oleh karena itu, menjelmalah
istri Si Raja Omas itu menjadi saringgon, yaitu angin yang
menderu-deru menerbangkan hujan lebat.
Sejak itu, kalau kaum ibu di Simalungun mendengar saringgon, mereka
segera melumuri wajah bayi atau anak mereka yang masih kecil dengan
ramuan yang tidak enak baunya. Mereka meniru perbuatan Si Raja Omas
guna menyelamatkan anaknya dari putri kayangan yang telah menjelma
menjadi saringgon.
0 comments:
Post a Comment